TINJAUAN KETIDAKSETIAAN Al-QURANUL KARIM TARJAMAH TAFSIRIYAH MMI TERHADAP TAFSIR AL-QURAN AL-ADIM KARYA IBNU KATSIR DAN IMPLIKASINYA DALAM MEMAKNAI AYAT QITAL
DOI:
https://doi.org/10.57217/aldhikra.v5i2.1333Keywords:
Qita>l, Terjemahan, Majelis Mujahidin Indonesia, Ibnu KatsirAbstract
Terjemahan Al-Quran adalah bagian integral dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Salah satu terjemahan yang signifikan melakukan proyek ini adalah hasil karya Muhammad Thalib yang diterbitkan oleh Majelis Mujahidin Indonesia. Studi ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketidaksetiaan terjemahan Al-Quran dalam Tarjamah Tafsiriyah oleh Majelis Mujahidin Indonesia terhadap penafsiran Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anal-Adhim. Artikel ini menggunakan metode analisis teks untuk mengevaluasi ketidaksetiaan Tarjamah Tafsiriyah terhadap Tafsir Al-Qur’anal-Adhim karya Ibnu Katsir dengan mengambil studi kasus pada ayat qitâl. Adapun relasi antara keduanya itu karena eksistensi tafsir Ibnu Katsir populer dikalangan Islamis Indonesia. Hasil riset ini berkesimpulan bahwa Muhammad Thalib pada ayat-ayat qita>l ini tidak sepenuhnya setia dengan penafsiran Ibnu Katsir. Pada kasus Q.S. Al-Baqarah: 216, Muhammad Thalib menerjemahkannya sebagai “perintah agama”, sedangkan Ibnu Katsir menafsirkannya sebagai perang. Selain itu, dalam Q.S. Al-Baqarah: 217, terdapat kalimat seruan, Muhammad Thalib menerjemahkan dengan menyebut langsung Muhammad sebagai yang diseru, sedangkan Ibnu Katsir tidak menafsirkan seruan itu. Adapun dalam Q.S. Ali Imran: 167, Muhammad Thalib menerjemahkan perkataan orang-orang munafik sebagai ungkapan tidak ingin mengikuti perang, sedangkan Ibnu Katsir menafsirkan bahwasanya orang-orang munafik itu tidak mengikuti perang sebab tidak mengetahui adanya perang, padahal mereka mengetahui. Adapun relasi keilmuan yang terjalin antara keduanya, karena MMI merupakan kelompok islamis yang mengidolakan tafsir karya Ibnu Katsir.
References
Qital, Terjemahan, Majelis Mujahidin Indonesia, Ibnu Katsir